Pages

Bentuk-bentuk Gotong Royong

Di bidang pertanian
                Di waktu dahulu bila seseorang akanmengerjakan/ membuka kebun, berladang, memungut hasil panen dan lain sebagainya, maka pekerjaan ini biasanya dilakukan bersama-sama sampai pekerjaan tersebut selesai tanpa pamrih atau imbalan apapun, lebih
banyak melibatkan masyarakat dalam ikatan uku yaitu kelompok yang terikat dalam suatu territorial, geonologis dan religious. Hal ini dilakukan karena mereka merasa dirinya sebagai suatu kelompok primer di mana hubungan satu dengan yang lain berlangsung dalam frekwensi yang tinggi. Pengarahan tenaga dilakukan hanya dengan suatu pengunguman oleh kepala Ukuatau soa melalui marinyo(petugas untuk menyampaikan berita ke seluruh negeri). Di Desa Tuhaha dan Haria juga desa-desa lain di Pulau Saparua, bila ada kegiatan membuka kebun baru, terlebih dahulu dilaksanakan upacara yang disebut mau-mau. Upacara ini dilakukan seminggu atau paling lambat sehari sebelum kegiatan dimulai. Upacara ini dipimpin oleh orang yang dituakan atau tua adat.

Di bidang perburuan
  Aktivitas masohi untuk kegiatan berburu diistilahkan dengan user. Kelompok ini beranggotakan kaum pria. Berburu di desa Tuhaha dikenal dengan istilah “user babi”. Hasil buruan yang didapat dibagi sama rata kepada anggota yang ikut dalamkegiatan tersebut serta pendeta sebagai tanda terimakasih kepada Tuhan. Pemilik anjing biasanya mendapat dua bagian. Jika ada kelebihan dibagi juga kepada kaumkerabat yang itdak ikut. Sedangkan untuk acara pesta maka hasil buruannya diserahkan seluruhnya kepada keluarga tersebut. Sedangkan di desa Haria kegiatan berburu dikenal dengan nama “dodeso babi”. Dodeso biasanya di buat oleh kelompok yang terdiri dari lima sampai tujuh orang. Hasilnya dibagi sama rata.

Di bidang perikanan
  Kegiatan tolong menolong di bidang perikanan dikenal beberapa istilah seperti rorehe/perahu arumbai dan sero. Rorehe /perahu arumbai merupakan sejenis perahu pencari ikan dengan ukuran besar memakai layar, yangdilengkapi alat penangkap ikan seperti:


  • Jaring redi panjang 100 sampai 600 meter, dapat mengkap jenis ikan besar maupun kecil seperti ikan tongkol/cakalang,ikan momar.
  • Jala, dipakai untuk menangkap jenis-jenis ikan seperti make kawalinya dan lain-lain.
  • Huhate, yaitu alat penangkap ikan yang terbuat dari sebatang bamboo, panjang kira-kira dua meter, dimana pada ujung bamboo itu diikat tali tasi dan diberi mata kail lengkap dengan umpan. Huhate dipakai untuk menangkap jenis ikan besar seperti cakalang , komu/tunadan tatihu.
  • Jiop yaitu sejenis jarring yang dipakai untuk menangkap jenis ikan seperti ikan terbang, ikan julung dan lain sebagainya.
Peserta yang ikut dalam kegiatan ini antara lima sampai dengan 15 orang,dengan seorang pemimpin yang disebut tanasi. Pemilik peralatan disebut tuan manara (menara) biasanya tuan manara merangkap tanasi, sedangkan anggota arumbai disebut masnait.Seroyaitu sejenis penangkap ikan yang terbuat dari belahan-belahan bamboo yang dianyam menyerupai tikar dan dipancangkan pada tiang-tiang dan ditempatkan dipesisir pantai sebagai perangkap ikan. Kegiatan ini dilakukan secara gotong royong. Tempat yang dipilih untuk mendirikan sero harus di tempat yang didatangi kan dan juga pada air yang agak dangkal, tetapi bila air pasang surut tidak kering.
Masyarakat di desa haria sebelum melaksanakan kegiatan melaut selalu mengadakan doa bersama kepada Tuhan untuk memohon berkat dan perlindungan selama di laut. Dalam hubungannya dengan kegiatan melaut, mereka mengenal dua macam upacara untuk penggunaan perahu baru dan jarring baru. Upacara ini dinamakan “upacara turun perahu dan upacara turun jarring”.

Di bidang teknologi
   Aktivitas di bidang ini antara laindalam kegiatan membuat pagar, mendirikan rumah, mulai dari memotong kayu untuk ramuan rumah sampai membangun dan lain sebagianya dilaksanakan secara gotong royong. Pelaksanaannya sama seperti gotong royong atao masohi di bidang pertaninan. Di desa Tuhaha kegiatan memotong ramuan rumah, dilakukan pada saat bulan genap (bulan mati).

Maano
                Maano adalah kelompok tolong menolong dalam mengerjakan suatu pekerjaan secara borongan di mana anggotnanya mendapat upah dan dibagi sama rata di antara mereka. Kegiatan ini biaanya dilakukan pada waktu panen, terutama panen cengkeh. Kelompok maano adalah mereka yang tidak memiliki pohon cengkeh atau cengkehnya tidak berbuah. Ada juga kelompok maano dari desa tetangga atau desa yang adahubungan pela. Bila dalam suatu negeri hasil panennya banyak maka biasanya akan dimaanokan kepada orang lain. Jumlah hasil panen yang diberikan telah disepakati bersama oleh mereka.

Di bidang kepentingan umum
    Aktivitas ini berhunbungan dengan kegiatan-kegiatan seputar kepentingan umum seperti mengerjakan baileu, rumah-rumah raja, kepala soa, pendeta, membersihkan negeri dan lain sebagainya.Yang menonjol dalam aktivitas ini adalah suatu hubungan masohi yangdisebut pela. Pela adalah hubungan anatara dua aman atau negeri atau lebih, di mana satu dengan yang lain saling membantu. Apabila penduduk salah satu aman kekurangan bahan makanan maka ia dapat saja mengambilnya dari pelannya baik dengan izin ataupun tanpa izin. Anggota pela harus ditolong atau dibantu apabila melewati desa pelanya. Sesama pela biasanya saling menyapa dengan sapaan “nanoa pela”, “nyong pela”.

Di bidang sekitar rumah tangga
  Masohi yang berkaitan dengan ini adalah menyangkut segala aktivitas tolong-tolong seputar kehidupan rumah tangga. Misalnya dalam perkawinan, kematian, menggali sumur, membuat pagar rumah, dan lain sebagainya. Biasanya pekerjaan tersebut melibatkan kaum kerabat dan juga tetangga dekat, dimana pada gilirannya bila orang lain membangun rumah maka orang yang telah dibantu akan membantu pula.

Di bidang kepercayaan
  Masohi di bidang ini berhubungan dengan kegiatan membersihkan tempat-tempat keramat, kuburan, dan upacara keagamaan lainnya yang diadakan di baileu, batu pamali dan negeri aman. Upacara ini dilakukan bersama-sama oleh masyarakat uku atau aman. Semua kebutuhan untuk menyelenggarakan upacara ditanggung bersama. Salah satu kegiatan gotong royong (masohi) di bidang kepercayaan adalah upacara Cuci Negeri di Desa Tuhaha yang dilaksanakan dlam bulan Desember menjelang perayaan hari natal dan tahun baru. Tujuannya untukmembersihkan desa. Menurut kepercayaan masyarakat, akan terjadibencana di desa akibat datuk-datuk dan para leluhur menjadi marah.

No comments:

Post a Comment